Dukuh Karangkulon terletak di Desa Wukirsari ,
Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara
geografis, Dukuh Karangkulon terletak pada koordinat 07°55’45”- 07°55’30” LS
dan 110°23’27”- 110°24’30 BT. Pada bagian utara, Dukuh Karangkulon berbatasan
dengan Dukuh Nagasari I, bagian selatan dengan Dukuh Kedungbuweng, kemudian
pada bagian timur berbatasan dengan Dukuh Giriloyo dan bagian barat berbatasan
dengan Dukuh Tilaman. Dukuh Karangkulon memiliki luas 105,83 Ha dengan sembilan
Rukun Tetangga (RT). Dukuh Karangkulon merupakan salah satu sentra kerajinan
batik di Desa Wukirsari. Budaya membatik telah ada di Dukuh Karangkulon sejak
tahun 1780 bermula dari perintah pihak keraton Yogyakarta untuk memenuhi
kebutuhan sandang para abdi dalem keraton yang menjaga makam raja di Desa
Wukirsari. Sejak saat itu budaya membatik ada di Dukuh Karangkulon hingga saat
ini. Hal tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik wisata yang dapat menjadi
salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dukuh karangkulon.
Di samping potensi budayanya yang besar sebagai daya tarik wisata, Dukuh
Karangkulon juga memiliki kendala dalam pengembangannya untuk menjadi kawasan
wisata terkait dengan lokasinya yang dekat dengan Sesar Opak sebagai pusat Gempa
Yogya pada tahun 2006. Akibat dari aktivitas gempa tersebut dan didukung dengan
kondisi topografinya yang berbukit mengakibatkan Dukuh Karangkulon termasuk
dalam kawasan rawan bencana longsor. Melihat potensi dan kendala ada, maka
Dukuh Karangkulon memerlikan suatu perencanaan lanskap wisata yang berorientasi
pada budaya membatik dengan mempertimbangkan kondisi bahaya lanskap bencana
longsor. Tahap studi ini mengikuti tahapan perencanaan menurut Gold (1980) yang
terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sistesis, konsep dan
perencanaan. Dalam studi ini aspek yang dikaji mencakup aspek fisik, sosial
budaya dan wisata. Pada tahap analisis, metode yang digunakan yaitu analisis
deskriptif dan spasial. Pada analisis spasial dilakukan pembobotan pada tiap
aspek yaitu aspek fisik sebesar 30%, sosial budaya 40% dan wisata 30%. Pada
aspek fisik, kompinen yang dianalisis secara spasial yaitu kesesuaian lahan
untuk wisata, dan kerawanan bencana longsor. Hasil analisis spasial pada aspek
fisik berupa zona kesesuaian untuk kegiatan wisata. Kemudian pada aspek sosial
budaya komponen yang dianalisis secara spasial yaitu tata guna lahan. Parameter
analisis yaitu keterkaitan fungsi penggunaan dengan budaya membatik di Dukuh
Karangkulon. Hasil analisis dari aspek sosial budaya yaitu zona budaya.
Terakhir, pada aspek wisata komponen yang dianalisis secara spasial yaitu obyek
dan atraksi wisata, aksesibilitas dan sirkulasi serta fasilitas pendukung
wisata. Hasil analisis dari aspek ini yaitu zona potensi wisata. Hasil dari
analisis dari ketiga aspek kemudian di-overlay dan menghasilkan zona
pengembangan wisata yang terdiri dari area pengembangan intensitas tinggi,
sedang dan rendah. Zona pengembangan ini menjadi dasar untuk menghasilkan
rencana blok yang terdiri dari zona penerimaan, wisata dan konservasi. Konsep
dasar perencanaan dalam studi ini yaitu mengembangkan lanskap Dukuh Karangkulon
menjadi kawasan wisata batik yang memberi pengalaman serta pendidikan bagi
pengunjung wisata Dukuh Karangkulon dengan mempertimbangkan kondisi fisik
kawasan yang rawan bencana longsor. Perencanaan lanskap Dukuh Karangkulon
diharapkan memiliki fungsi wisata, edukasi dan konservasi. Kegiatan wisata di
Dukuh Karangkulon direncanakan terdiri dari dua tema yaitu wisata batik dan
non-batik. Wisata dengan tema batik yaitu kegiatan wisata dimana seluruh
aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan budaya membatik mulai dari melihat
kegiatan membatik yang dilakukan masyarakat di pemukiman, melihat proses
pengolahan pewarna alami kain batik, mengunjungi showroom batik, belajar
membatik hingga berbelanja kain batik. Wisata dengan tema non-batik merupakan
wisata pendukung untuk memberi variasi kegiatan wisata di Dukuh Karangkulon.
Aktivitas wisata yang dilakukan yaitu mengunjungi makam Sunan Cirebon, mengenal
makanan khas Dukuh Karangkulon, belajar menanam padi, serta mengenal permainan
dan kesenian tradisional. Kegiatan wisata harus didukung dengan fasilitas
wisata agar pengunjung dapat memperoleh pengalaman yang menyenangkan selama
melakukan kegiatan wisata serta aman dari bahaya bencana longsor. Selain
fasilitas wisata, vegetasi juga harus dihadirkan dalam kegiatan wisata baik
untuk fungsi fisik sebagai pengarah,peneduh dan estetika, fungsi sosial budaya
dalam bentuksawah dan kebun campuran, serta untuk fungsi konservasi. Hasil
studi ini yaitu rencana lanskap wisata Dukuh Karangkulon yang terdiri dari
rencana ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas dan fasilitas. Rencana tersebut
dikembangkan berdasarkan konsep yang telah dibuat sebelumnya. Rencana lanskap
dilengkapi dengan gambar potongan untuk memberi gambaran suasana di kawasan
perencanaan. Daya dukung kawasan untuk meneriman kegiatan wisata yaitu jumlah
maksimal pengunjung yang dapat diterima dalam satu hari sebesar 314 pengunjung
dengan lama kunjungan 4,2 jam untuk pengunjung dengan lama kunjungan satu hari.
Selama satu hari Dukuh Karangkulon dapat menyelenggarakan satu kali kegiatan
wisata dengan tema batik dan non batik. Hal ini bertujuan untuk memberi
kepuasan bagi pengunjung dengan memberi pelayanan yang maksimal dan masyarakat
setempat tetap dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa terganggu oleh
kegiatan wisata.
LOKASI
https://maps.app.goo.gl/5vYR7EVC9poENDWVA
Comments
Post a Comment